Senin, 23 Februari 2015

Bank pohon , gerakan penghijauan berbasis masyarakat

Program Bank Pohon di Nusa Tenggara Timur. (tamaneden100.wordpress.com) Pemerintah Pusat mencanangkan Bank Pohon untuk pemenuhan emisi 26 persen sampai tahun 2020. Dan Pemerintah Daerah diberi tugas untuk memotivasi masyarakat menanam pohon. Kupang (ANTARA News) - Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melaksanakan program "Bank Pohon" untuk mengkampanyekan perlindungan dan pelestarian lingkungan sebagai gerakan penghijauan berbasis masyarakat. "Program "Bank Pohon" baru ada di NTT, khusus di BLHD yang dilakukan secara periodik sejak tahun 2009 hingga saat ini. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat tersedianya permintaan bibit atau anakan pohon dari masyarakat secara bertahap," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Propinsi Nusa Tenggara Timur, Alexander Oematan saat ditemui, di Kupang,Jumat. Ia mengungkapkan kegiatan itu dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memulihkan lingkungan di sekitar tempat tinggal. "Bibit dan anakan pohon tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat tanpa biaya apapun. Karena kalau masyarakat disuruh untuk membeli pasti tidak ada yang mau," tegasnya. Untuk memperolehnya, kata dia masyarakat atau kelompok masyarakat dapat mengambilnya langsung dilokasi "Bank Pohon" di Kantor BLHD NTT. Ia mengatakan program bank pohon pada tahun 2009 memperoleh anggaran sebanyak Rp.100 juta lebih dari APBD Propinsi NTT. Dan tahun 2011 memperoleh dana sebanyak Rp.90 juta lebih "Kendati dana terbatas,namun dapat mendukung tersedianya kebutuhan permintaan anakan dan bibit pohon secara bertahap dalam rangka penghijauan dan penanaman pada lahan kritis di NTT,"kata Aleks. Dikatakannya,dana itu untuk pengadaan bibit,media (plastik),tanah dan pupuk. "Pada umur tiga sampai empat bulan anakan atau bibit tersebut sudah bisa disalurkan kepada masyarakat," ujarnya. Bank pohon BLHD NTT menurut Alex Oematan merupakan wadah perhimpunan masyarakat yang memiliki kepedulian lingkungan. "Pemerintah berpartisipasi dalam menyediakan dan mengembangkan bibit unggul bagi kebutuhan masyarkat yang berupaya melestarikan lingkungan,"jelasnya. Selama ini,kata dia banyak masyarakat,organisasi masyarakat dan pihak swasta berpartisipasi untuk mendukung kegiatan tersebut. "Pemerintah Pusat mencanangkan Bank Pohon untuk pemenuhan emisi 26 persen sampai tahun 2020. Dan Pemerintah Daerah diberi tugas untuk memotivasi masyarakat menanam pohon," kata Alex Oematan. Ia menyebutkan di Bank Pohon tersedia berbagai jenis tanaman seperti mahoni, cendana, nangka, mangga, angsana dan nimba. "Juga tanaman mahkota dewa yang paling diminati oleh masyarakat," sebutnya. Menurut Aleks Oematan dengan adanya Bank Pohon yang permanen dalam waktu panjang dapat membangun kebun rakyat dan hutan buatan di NTT yang berkualitas serta produktivitasnya yang jauh lebih tinggi.Karena terbentuk dari bibit yang teruji dan berkualitas. "Selain itu pemanasan global dan polusi udara dapat diantisipasi melalui lingkungan yang hijau, asri, dan lestari," ujarnya. Editor: Ella Syafputri

konservasi dari tahun ke tahun

proses alam verus proses penghancuran itulah gambaran mengapa konservasi selalu gagal dalam pelaksanaannya Mengapa selalu gagal ? karena dalam konservasi manusia tidak punya kuasa untuk mempercepat pertumbuhan sedangkan penghancuran boleh di kata tergantung dari pikiran manusia . Untuk bisa memenuhi penutupan lahan gundul di perlukan berpuluh tahun waktu agar tanaman bisa dengan sepenuhnya tumbuh dan berkembang dan hanya di perlukan beberapa jam saja untuk memusnahkan hijauan yg telah berproses puluhan tahun. Harus ada kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali untuk menjaga kelestarian alam sebagai tempat tinggal bersama yg asri dan nyaman tanpa di penuhi unsur kepentingan politis sesaat apa lagi hanya untuk kepentingan tenar sebagai wujud eksistensi diri . Langkah nyata tidak lain adalah penanaman secara terus menerus pohon yg punya fungsi bermacam macam guna seperti kebutuhan buahnya, hijauannya dan kelestariannya. bisakah kita semua mewuhudkan ?