Kamis, 02 Juli 2009

Kawasan Puncak Muria

Kawasan puncak muria menjadi menarik karena merupaan sumber mata air terpenting di kawasan karesidenan Pati,
Namun seiring dengan waktu, kawasan tersebut menjadi memprihatinkan karena hutan di sekitar puncak menjadi terus berkurang, beberapa hal yang mengakibatkan berkurang nya kawasan hutan adalah karena pengolahan tanah oleh warga dengan di tanami tanaman selain tanaman kayu kayuan, dan sistem pengolahan lahan bersih yang mengkibatkan top soil menjadi semakin tipis.
Debit air terjun semakin tahun juga semakin berkurang, dan ini adalah suatu tanda berkurangnya kemampuan kawasan tersebut menjimpan air di waktu musim hujan.
Beberapa hal yang mesti dilakukan oleh warga dan pemda setempat adalah menghutankan kembali kawasan tersebut dan di jadikan kawasan larangan penanaman tanaman semusim di kawasan tersebut sampai daerah Gunung Patiayam.
Gerakan penghutanan kembali pada kawasan tersebut bisa digerakkan melalui program reboisasi yang bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat, pengusaha di kawasan kudus dan sekitarnya serta kepedulian pemda beserta warga menyelamatkan lingkungan puncak.
Lembaga swadaya masyarakat melalui Lapboratorium Alam sepertinya belum menunjukan hasil yang signikan bagi pemulihan kawasan puncak Muria. dan masih perlu lagi membuat gebrakan melalui kerja keras seluruh komponen warga kudus.
Canangkan tiap tahun tanam sejuta pohon di kawasan tersebut, dengan berbagai jenis pohon kayu agar kawasan tersebut benar benar tumbuh tanaman dengan berbagai jenis tanaman kayu yang ada di seluruh indonesia,
Dengan demikian maka kawasan tersebut akan layak mendapat sebutan sebagai Laboratorium Alam kelas dunia, dimana kawasan tersebut telah ada berbagai tanaman hutan dengan jenis dari bebagai pelosok nusantara,

Tidak ada komentar: